Sejarah Tenis Meja Dunia
Ping pong itulah nama permainan tenis meja yang lebih di kenal
dalam masyarakat. Istilah kata ping pong merupakan nama resmi dari tenis
meja untuk Republik Rakyat Cina, namun di Indonesia juga tidak asing
lagi dengan istilah ping pong. Permainan ping pong sama dengan permainan
badminton yaitu menggunakan raket, namun raket bola ping pong terbuat
dari papan dan dilapisi dengan karet atau sering disebut bat (baca bet).
Sejarah tenis meja masuk ke asia melalui Republik Rakyat Cina, Jepang
dan Korea. Negara-negara tersebut merupakan pelopor perkembangan tenis
meja di Asia. Sedangkan sejarah tenis meja di Indonesia baru dikenal
pada tahun 1930. Pada masa itu hanya dilakukan di balai-balai pertemuan
orang-orang Belanda sebagi suatu permainan rekreasi. Pada tahun 1939
sebelum perang dunia ke II para tokoh petinis meja indonesia mendirikan
PPPSI (Persatuan Ping Pong Seluruh Indonesia). Dan sejak itu,
Perkembangan tenis meja di Indonesia hingga sekarang bisa dikatakan
cukup pesat.
Permainan tenis meja masuk Asia Selain India setelah tahun 1910.
Namun usaha-usaha terorganisir untuk memperkokoh kepentingan tenis meja
baru berakar pada waktu diselenggarakannya kejuaraaj dunia di Bombay
pada bulan Februari 1952. Negara-negara Asia sebagai peserta di dalam
kejuaraan dunia tersebut memutuskan untuk membentuk federasi tenis meja
asia yang dalam bahasa inggris lebih dikenal dangan The Table Tennis
Federation of Asia. Federasi ini telah menyelenggarakan dangan sukses 10
kejuaraan Asia, yaitu :
Ke 1 di Singapura tahun 1952.
Ke 2 di Tokyo tahun 1953.
Ke 3 di Singapura tahun 1954.
Ke 4 di Manila tahun 1957.
Ke 5 di Bombay tahun 1960.
Ke 6 di Manila tahun 1963.
Ke 7 di Seoul tahun 1964.
Ke 8 di Singapura tahun 1967.
Ke 9 di Jakarta tahun 1969.
Ke 10 di Nagoya tahun 1970.
Beberapa negara Asia kemudian merasa kurang puas dengan TTFA, karena
ternyata belum menghimpun seluruh kekuatan di Asia, sebagaimana
termaksud di dalam anggaran dasar TTFA.
Pada bulan Maret 1972, perwakilan dari asosiasi tenis meja Cina, DPR
Korea, dan Jepang bertemu khusus untuk mengambil inisiatif mengadakan
pertemuan pendahuluan di Beijing, Cina. Pada bulan Mei tahun itu juga
pertemuan pendahuluan dilakukan dan dihadiri oleh delegasi dari 16
negara yaitu masing-masing : Camboja, Cina, DPR Korea, Iran, Irak,
Jepang, Kuwait, Lebanon, Malasyia, Nepal, Pakistan, Palestina,
Singapura, Srilangka, Siria, dan Vietnam. Sejalan dengan keinginan keras
dari para delegasi, maka pertemuan pendahuluan di ubah statusnya
menjadi pertemuan pembukaan untuk membentuk Asian Table Tennis Union
(ATTU) pada tanggal 7 Mei 1972. Pertemuan menerima komunike dan anggaran
dasar serta memilih pengurus ATTU.
Kejuaraan Asian masa ke pengurusan ATTU ke I dan kongres ATTU ke I di
selenggarakan di Beijing pada bulan September 1972. Enam kongres ATTU
dan kejuaraan Asia telah diselenggarakan dengan sukses di:
1. Beijing
2. Yokohama
3. Pyong-Yang
4. Kuala Lumpur
5. Calcuta
6. Jakarta, sejak tahun 1972 hingga tahun 1982.
Tujuan dibentuknya ATTU adalah :
1) Untuk mempererat tali persahabatan antar pemain tenis meja dan
rakyat dari negara-negara dan wilayah di Asia dan untuk memperdalam
hubungan persahabatan antar masyarakat tenis meja dan pemain Asia dengan
mereka dari benua-benua lain.
2) Untuk mempertinggi popularitas, pengembangan dan prestasi tenis
meja di Asia. Dasar pokoknya adalah : persamaan hak serta saling hormat
menghormati antar sesame anggota uni, besar maupun kecil, serta
konsultasi demokratik.
Sampai tahun 1982 ATTU telah mendapatkan 32 anggota penuh dari Asia
dengan dua associate member dari Oceania. Sekretariat ATTU di tempatkan
di Beijing tempat domisilinya sekretasis jendral bulletin ATTU dalam
bahasa Inggris yangn sudah diterbitkan sejak tahun 1979.
ATTU mendapat pengakuan resmi sebagai satu-satunya wadah kontinental
yang mengatur petenis mejaan di Asia, dari ITTF pada tahun 1975
bertepatan dengan penyelenggaraan general meeting ITTF ke 33 di Calcuta.
Sejarah Tenis Meja Indonesia
Permainan tenis meja di Indonesia baru dikenal pada tahun 1930. Pada
masa itu hanya dilakukan di balai-balai pertemuan orang-orang Belanda
sebagi suatu permainan rekreasi. Hanya golongan tertentu saja dari
golongan pribumi yang boleh ikut latihan, antara lain keluarga pamong
yang menjadi anggota dari balai pertemuan tersebut
Sebelum perang dunia ke II pecah, tepatnya tahun 1939, tokoh-tokoh
pertenismejaan mendirikan PPPSI (Persatuan Ping Pong Seluruh Indonesia).
Pada tahun 1958 dalam kongresnya di Surakarta PPPSI mengalami perubahan
nama menjadi PTMSI (Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia). Tahun 1960
PTMSI elah menjadi anggota federasi tenis meja Asia, yaitu TTFA (Table
Tennis Federation of Asia).
Perkembangan tenis meja di Indonesia sejak berdirinya PPPSI hingga
sekarang bisa dikatakan cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya perkumpulan-perkumpulan tenis meja yang berdiri, serta
banyaknya pertandingan tenis meja yang dilakukan, misalnya dalam arena :
PORDA, PON, POMDA, POSENI di tingkat SD, SLTP, SLTA serta
pertandingan-pertandingan yang diselenggarakan oleh
perkumpulan-perkumpulan tenis meja, instansi pemerintah atau swasta atau
karang taruna dll.
Indonesia selalu di undang dalam kejuaraan-kejuaraan dunia resmi
setelah Indonesia terdaftar sebagai anggota ITTF pada tahun 1961. Selain
kegiatan-kegiatan pertandingan tersebut, hal lain yang patut dicatat
dalam perkembangan pertenismejaan nasional adalah berdirinya Silatama
(Sirkuit Laga Tenis Meja Utama) yang dimulai pada awal tahun 1983, yang
diiselenggarakan setiap 3 bulan sekali serta Silataruna yang kegiatannya
dimulai sejak 1986 setiap 6 bulan sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar